Kamis, 19 September 2013

PTK Penggunaan Media Majalah



PROPOSAL

PENGGUNAAN MEDIA MAJALAH ANAK SEBAGAI
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA CERITA
PADA SISWA KELAS II SDN 2 SETAIL



PENELITIAN TINDAKAN KELAS

(PTK)
 













OLEH
ZAINUL MU'ARIF, S.Ag.
NIP: ……………………………



DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA
KABUPATEN BANYUWANGI
SD NEGERI 2 SETAIL
2010


KATA PENGANTAR

            Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan proposal karya ilmiah ini dapat terselesaikan pada waktunya.
            Karya ilmiah yang berjudul “Penggunaan majalah anak-anak sebagai upaya meningkatkan kemampuan membaca cerita pada siswa kelas II SDN 2 Setail”.  Dalam penyusunan dan penyelesaian proposal karya ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
  1. Yth. Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Banyuwangi
  2. Yth. Penyaji materi workshop penulisan karya tulis ilmiah
  3. Yth. Kepala Sekolah SDN 2 Setail
  4. Semua pihak yang telah banyak membantu sehingga penulisan ini selesai
Penulis menyadari bahwa hasil proposal penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat peneliti harapkan demi kesempurnaan penelitian ini dan demi penelitian yang akan datang.

Banyuwangi,   Juni 2010

Penulis


DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ................................................................................

Kata Pengantar .........................................................................................................
Daftar Isi ...................................................................................................................
BAB  I      PENDAHULUAN .................................................................................
A.    Latar Belakang Masalah ...................................................................
B.     Rumusan Masalah .............................................................................
C.     Tujuan Penelitian ..............................................................................
D.    Kegunaan Penelitian .........................................................................
E.     Batasan Masalah ......................................................................
BAB  II     TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................
A.    Pandangan Tentang Pendidikan ..............................................
B.     Definisi Belajar.........................................................................
C.     Definisi Media Pembelajaran....................................................
BAB  III   METODOLOGI PENELITIAN ...................................................
A.    Tempat, Waktu, dan Subyek Penelitian ..................................
B.     Rancangan Penelitian ..............................................................
C.     Alat Pengumpul Data ..............................................................
D.    Analisis Data .....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................


BAB  I
PENDAHULUAN

A.        Latar Belakang
Keterampilan membaca merupakan modal utama bagi murid. Dengan bekal kemampuan membaca, murid dapat mempelajari ilmu lain; dapat mengkomunikasikan gagasannya; dan dapat mengekspresikan dirinya. Kegagalan dalam penguasaan keterampilan ini akan mengakibatkan masalah yang fatal, baik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, maupun untuk menjalani kehidupan sosial kemasyarakatan. Namun, modal utama yang penting ini, masih belum merata dimiliki para murid.
Oleh karena itu pengajaran membaca harus selalu bertolak dari konteks dan penggunaan bahasa yang dapat diterima siswa, dan bukan dengan memberikan kata-kata tanpa konteks dan pengertian. Demikian juga dengan mengajarkan menulis, kritik terhadap cara mengajarkan keterampilan menulis (hand-writing) dengan jalan menyalin, mencontoh dan sebagainya, dikemukakan oleh Goodman dan kawan-kawan (1986) sebagai upaya yang sia-sia saja. Mereka berpendapat bahwa pengajaran literasi bukan hanya belajar membunyikan dan menuliskan huruf-huruf dengan cara merangkai-rangkainya melainkan upaya mengembangkan kemampuan literasi (baca-tulis) yang berdasar kepada kemampuan berbahasa.
Bagi  para ahli literasi  dari negara maju, pengembangan kemampuan literasi berarti mengembangkan kognitif anak yang berhubungan dengan kemampuan berbahasa. Dalam hal ini baca-tulis hanya sebagai sarana anak dalam mengemukakan perasaan dan pikiran  yang telah berkembang seiring dengan perkembangan bahasa mereka. Dengan kata lain belajar membaca dan menulis (dalam arti kemampuan mekanik) merupakan konsekuensi dari pengembangan kemampuan berbahasa. Selanjutnya, pemaknaan terhadap bacaan dan tulisan (construction of meaning) yang ada di sekeliling anak merupakan hasil dari sosialisasi anak dengan lingkungannya.
Di lain pihak, peneliti mengamati bahwa pengembangan literasi yang dilaksanakan di Indonesia selama ini lebih berarti pada mengajarkan baca-tulis dengan pengertian mengajarkan sistem/mekanisme atau cara membunyikan, menuliskan dan merangkai huruf menjadi kalimat yang diberikan oleh guru atau buku pelajaran membaca/menulis. Dengan demikian kebebasan anak mengembangkan kemampuan berbahasa melalui bacaan yang ada serta mengemukakan perasaan dan pikiran mereka melalui tulisan, sangat terbatas.
Gambaran mengenai implikasi dari pandangan para ahli literasi di negara maju dapat kita lihat di kelas-kelas rendah dan pendidikan pra-sekolah . Salah satu kegiatan tersebut adalah dengan membacakan cerita kepada anak. Kegiatan membacakan cerita diyakini dapat mengembangkan kemampuan berbahasa, dan mengajarkan baca-tulis.. Majalah anak ini mempunyai karakteristik khusus seperti penuh dengan warna-warni, gambar yang menarik, mempunyai banyak cerita pendek yang sangat digemari anak-anak.
Namun, strategi pengajaran membaca cerita dengan menggunakan majalah anak pada Sekolah Dasar terutama di pedesaan belum banyak digunakan dalam konteks Indonesia. Untuk itu, peneliti melakukan penelitian tindakan kelas (classroom action research) terhadap penggunaan majalah anak yang berlandaskan akar budaya Indonesia;
                   Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis mengambil judul “  Penggunaan Majalah Anak Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Cerita pada Siswa Kelas II SDN 2 Setail Tahun 2010/2011”

B.        Rumusan Masalah
                  Bertitik tolak dari latar belakang di atas maka penulis merumuskan permasalahannya sebagai berikut:
1.      Apakah dengan penggunaan Majalah Anak dapat meningkatkan kemampuan membaca cerita pada siswa kelas II SDN 2 Setail Tahun 2010/2011 ?              atau
2.      Bagaimanakah peningkatan kemampuan Membaca cerita dengan digunakannya kannya majalah anak pada siswa  kelas II  SDN 2 Setail Tahun 2010/2011?

C. Tujuan Penelitian

1. Ingin mengetahui perkembangan kemampuan membaca cerita melalui penggunaan majalah anak pada siswa kelas II SDN 2 Setail Tahun 2010/2011.        atau
2. Ingin mengetahui peningkatan kemampuan membaca cerita setelah digunakannya majalah anak pada siswa kelas II  SDN 2 Setail Tahun 2010/2011.



D. Kegunaan Penelitian

                  Adapun maksud penulis mengadakan penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai:
1.      Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang peranan guru Sekolah Dasar dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa
2.      Sumbangan pemikiran bagi guru Sekolah Dasar dalam mengajar dan meningkatkan pemahaman siswa dalam hal belajar  membaca.
3.      Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode pembelajaran yang dapat memberikan manfaat bagi siswa.
4.      Menerapkan metode yang tepat sesuai dengan perkembangan dan kemampuan siswa.

F.  Batasan Masalah

1.      Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas II  SDN 2 Setail Tahun 2010/2011
2.      Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli Tahun Pelajaran 2010/2011
3.      Materi yang diajarkan adalah tema membaca cerita pendek

 



BAB  II

KAJIAN PUSTAKA

A. Definisi Pendidikan

Istilah “Pendidikan” merupakan kata yang tidak asing lagi untuk hampir setiap orang. Namun demikian, istilah ini lebih sering diartikan secara berbeda dari masa ke masa, termasuk oleh ahli yang berbeda pula. Seseorang mungkin menerjemahkan pendidikan sebagai sebuah proses latihan. Orang lain mungkin menerjemahkannya sebagai sejumlah pengalaman yang memungkinkan seseorang mendapatkan pemahaman dan pengetahuan baru yang lebih baik. Atau mungkin pula diterjemahkan secara sederhana sebagai pertumbuhan dan perkembangan.
John Dewey, seorang pendidik yang mempunyai andil besar dalam dunia pendidikan, mendefinisikan pendidikan sebagai “rekonstruksi aneka pengalaman dan peristiwa yang dialami dalam kehidupan individu sehingga segala sesuatu yang baru menjadi lebih terarah dan bermakna.” Definisi ini mengandung arti bahwa seseorang berpikir dan memberi makna pada pengalaman-pengalaman yang dilaluinya. Lebih jauh definisi tersebut mengandung arti bahwa pendidikan seseorang terdiri dari segala sesuatu yang ia lakukan dari mulai lahir sampai ia mati. Kata kuncinya adalah melakukan atau mengerjakan. Seseorang belajar dengan cara melakukan. Pendidikan dapat terjadi di perpustakaan, kelas, tempat bermain, lapangan olahraga, di perjalanan, atau di rumah.
Morse (1964) membedakan pengertian pendidikan ke dalam istilah pendidikan liberal (liberal education) dan pendidikan umum (general education). Ia mengatakan bahwa pendidikan liberal lebih berorientasi pada bidang studi dan menekankan penguasaan materinya (subject centered). Tujuan utamanya adalah penguasaan materi pembelajaran secara mendalam dan bahkan jika mungkin sampai tuntas. Pemikiran pendidikan seperti ini sudah tidak bisa lagi diterapkan dalam konteks pendidikan jasmani sekarang ini, dan oleh karena itu, pengertian pendidikan seperti ini dipandang bersifat tradisional.
Sementara itu, pendidikan modern lebih bersifat memperhatikan “pelakunya” dari pada bidang studi atau materinya. Tujuan utamanya adalah mencapai perkembangan individu secara menyeluruh sambil tetap memperhatikan perkembangan perilaku intelektual dan sosial individu sebagai produk dari belajarnya (child centered). Pendidikan pada jaman sekarang lebih banyak menekankan pada pengembangan individu secara total.
Kebanyakan sekolah sekarang ini menganut filsafat modern. Setiap individu memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Pembelajaran secara individual pada dasarnya merupakan pembelajaran untuk semua siswa, termasuk program untuk siswa yang mempunyai kelambanan dalam perkembangannya, mengalami gangguan emosional, dan siswa yang memiliki cacat fisik atau mental. Setiap siswa diberi kebebasan untuk memilih materi pembelajaran yang diinginkannya dan memperoleh pelatihan dari bidang kejuruan yang berbeda-beda.
Dengan kata lain pendidikan pada jaman sekarang ini lebih menekankan pada pengembangan individu secara utuh. Pengajar tidak hanya memperhatikan perolehan akademisnya akan tetapi juga kemampuan bicara, koordinasi, dan keterampilan sosialnya. Para guru mencoba membantu setiap individu untuk belajar memecahkan masalah­masalah baik emosional maupun fisikal yang dihadapi oleh setiap siswa.

B. Definisi Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingka laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. (KBBI, 1996: 14).
Sependapat dengan pernyataan tersebut Sutomo (1993: 68) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula. Sedangkan belajar adalah suatu peoses yang menyebabkan perubahan tingkah laku yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi perubahan dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir, sikap dan lain-lain. (Soetomo, 1993: 120).
Pasal 1 Undang-undang No. 20 tahun 2000 tentang pendidikan nasional menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Jadi pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi tertentu.

D.  Big Books
Gambaran mengenai implikasi dari pandangan para ahli literasi di negara maju dapat kita lihat di kelas-kelas rendah dan pendidikan pra-sekolah seperti misalnya di Eropa, Amerika dan Australia. Salah satu kegiatan tersebut adalah dengan membacakan cerita kepada anak. Kegiatan membacakan cerita diyakini dapat mengembangkan kemampuan berbahasa, dan mengajarkan baca-tulis. Hal ini biasa dilakukan dengan menggunakan sebuah Big Book (buku besar).
Big Book merupakan buku cerita yang berkarakteristik khusus yang dibesarkan, baik teks maupun gambarnya, untuk memungkinkan terjadinya kegiatan membaca bersama (shared reading) antara guru dan murid. Buku ini mempunyai karakteristik khusus seperti penuh dengan warna-warni, gambar yang menarik, mempunyai kata yang dapat diulang-ulang, mempunyai plot yang mudah ditebak, dan memiliki pola teks yang berirama untuk dapat dinyanyikan.






BAB  III
METODOLOGI PENELITIAN

            Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
            Menurut Sukidin dkk (2002:54) ada 4 macam bentuk penelitian tindakan, yaitu: (1) penelitian tindakan guru sebagai peneliti, (2) penelitian tindakan kolaboratif, (3) penelitian tindakan simultan terintegratif, dan (4) penelitian tindakan sosial eksperimental.
            Keempat bentuk penelitian tindakan di atas, ada persamaan dan perbedaannya. Menurut Oja dan Smulyan sebagaimana dikutip oleh Kasbolah, (2000) (dalam Sukidin, dkk. 2002:55), ciri-ciri dari setiap penelitian tergantung pada: (1) tujuan utamanya atau pada tekanannya, (2) tingkat kolaborasi antara pelaku peneliti dan peneliti dari luar, (3) proses yang digunakan dalam melakukan penelitian, dan (4) hubungan antara proyek dengan sekolah.
            Dalam penelitian ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, dimana guru sangat berperan sekali dalam proses penelitian tindakan kelas. Dalam bentuk ini, tujuan utama penelitian tindakan kelas ialah untuk meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan ini, guru terlibat langsung secara penuh dalam proses perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Kehadiran pihak lain dalam penelitian ini peranannya tidak dominan dan sangat kecil.
            Penelitian ini mengacu pada perbaikan pembelajaran yang berkesinambungan. Kemmis dan Taggart (1988:14) menyatakan bahwa model penelitian tindakan adalah berbentuk spiral. Tahapan penelitian tindakan pada suatu siklus meliputi perencanaan atau pelaksanaan observasi dan refleksi. Siklus ini berlanjut dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup.

A. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian

      1.   Tempat Penelitian dan waktu penelitian
                        Penelitian ini dilakukan di SDN 2 Setail. Pelaksanaan penelitian berlangsung dari awal bulan Juli sampai dengan akhir bulan Juli 2010.
      2.   Subyek Penelitian
            Siswa Kelas II SDN 2 Setail sebanyak 40 siswa. Pemilihan subjek penelitian dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu mengembangkan kemampuan berbahasa sebagai dasar kemampuan di kelas II. Pertimbangan lainnya adalah bahwa penulis yang mengajar di kelas tersebut mempunyai pengalaman yang cukup banyak dalam mengajarkan persiapan membaca. Sementara itu pemilihan lokasi penelitian dilakukan berdasarkan pertimbangan kemudahan pelaksanaan penelitian di sekolah kami sendiri, yaitu SD Negeri 2 Setail.

B.  Rancangan Penelitian
                  Menurut pengertiannya penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi di masyarakat atau sekelompok sasaran, dan hasilnya langsung dapat dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan (Arikunto, Suharsimi 2002:82). Ciri atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan adalah adanya partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan anggota kelompok sasaran. Penelitian tindakan adalah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang dicoba sambil jalan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam prosesnya pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut dapat saling mendukung satu sama lain.
                  Sedangkan tujuan penelitian tindakan harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut:
1.      Permasalahan atau topik yang dipilih harus memenuhi kriteria, yaitu benar-benar nyata dan penting, menarik perhatian dan mampu ditangani serta dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan.
2.      Kegiatan penelitian, baik intervensi maupun pengamatan yang dilakukan tidak boleh sampai mengganggu atau menghambat kegiatan utama.
3.      Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien, artinya terpilih dengan tepat sasaran dan tidak memboroskan waktu, dana dan tenaga.
4.      Metodologi yang digunakan harus jelas, rinci, dan terbuka, setiap langkah dari tindakan dirumuskan dengan tegas sehingga orang yang berminat terhadap penelitian dapat mengecek setiap hipotesis dan pembuktiannya.
5.      Kegiatan penelitian diharapkan dapat merupakan proses kegiatan yang berkelanjutan (on-going), mengingat bahwa pengembangan dan perbaikan terhadap kualitas tindakan memang tidak dapat berhenti tetapi menjadi tantangan sepanjang waktu. (Arikunto, Suharsimi, 2002:82-83).
            Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto, Suharsimi, 2002:83), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut:

 






Penjelasan alur diatas adalah :
  1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.
  2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya pembelajaran membaca cerita dengan menggunakan majalah anak.
  3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.
  4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.
            Observasi dibagi dalam dua siklus,  yaitu siklus 1 dan 2, dimana masing siklus dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu tema yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. Siklus ini berkelanjutan dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup.

C. Alat Pengumpul Data

                  Pengumpulan data dilakukan secara kualitatif dengan menggunakan instrumen penelitian berupa check list evaluasi membaca dan menulis semester I dan II yang dikembangkan oleh tim peneliti.

D.        Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan mengolah instrumen evaluasi membaca dan menulis semester I dan II dalam bentuk persentase. Kemudian data tersebut didiskripsikan.




















BAB  IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diperoleh dari tindakan pada siklus I dan siklus II. Hasil penelitian berupa hasil penilaian hasil evaluasi menulis dan membaca.
Hasil Tes Awal
Dari instrumen penilaian tes awal untuk materi membaca dalam bentuk tes dan soal diperoleh hasil seperti tercantum dalam tabel berikut.
Tabel 1. Hasil Tes Awal

nilai
jumlah anak
prosentase
70-75
1
2.5
65-69
2
5
60-64
5
12.5
55-59
7
17.5
50-54
22
55
45-49
3
7.5
jumlah
40
100
                                                       
Dari hasil tes awal pada tabel 1 di atas tergambar bahwa dari 40 siswa kelas II pada tahun 2010/2011, 32 siswa atau 80% belum mencapai batas ketuntasan yaitu nilai 60 dikarenakan belum dapat mengenal huruf sama sekali, berarti belum mencapai kompetensi dasar membaca. Sedang yang telah mencapai batas tuntas yaitu memperoleh nilai 60 ke atas sebanyak 8 siswa atau hanya 20% sudah mengenal huruf.

1. Hasil Penelitian Siklus I
Hasil Penilaian Ulangan Harian Siklus I
Setelah mengikuti proses pembelajaran membaca dan menulis menggunakan Big Book pada siklus I, diperoleh hasil tes seperti tergambar pada tabel 2.
Tabel 2. Hasil ulangan harian akhir siklus I

nilai
jumlah anak
prosentase
70-75
4
10
65-69
14
35
60-64
10
25
55-59
6
15
50-54
4
10
45-49
2
5
jumlah
40
100

Pada tabel 2, siswa yang belum menguasai Kompetensi Dasar atau belum tuntas berjumlah 12 anak atau sebanyak 30 %. Sedang siswa yang mencapai ketuntasan belajar, yaitu memperoleh nilai 60 ke atas adalah sebanyak 28 anak atau 70 %. Dengan demikian ditinjau dari sudut ketuntasan belajar telah mengalami kenaikan dari 20% menjadi 70 %.

Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan yang dilakukan pada siklus I, diperoleh dari lembar pengamatan yang mencakup materi : (1) pengenalan huruf, (2) pemahaman kata dan kalimat, (3) menceritakan kembali isi cerita (4), kemampuan berkomunikasi.
Hasil yang cukup menggembirakan bahwa ketika proses pembelajaran membaca dan menulis pada siswa kelas II SDN 2 Setail melalui media majalah anak berlangsung 70 % siswa menampakkan respon yang cukup antusias dengan perasaan senang terpancar dari roman wajah mereka, sehingga mereka dengan kesadaran yang cukup tinggi ikut terlibat aktif melaksanakan kegiatan membaca. Meskipun memang masih ada 12 siswa yang mengalami kesulitan dalam penguasaan materi membaca dan menulis. Di antaranya beberapa anak masih terlihat kaku, beberapa anak ada yang lancar dalam membaca. Dan hanya ada 1 siswa yang masih tampak enggan mengikuti kegiatan, tetapi akan dicoba diungkap alasannya melalui wawancara khusus.
Hasil Wawancara
Wawancara dilakukan bertujuan untuk mengetahui hambatan dan kemudahan yang dialami siswa dalam mengikuti pembelajaran membaca melalui media majalah anak..
Siswa yang tergolong ke dalam kelompok baik berpendapat bahwa pembelajaran membaca cerita melalui media majalah anak sangat mengasyikkan, karena mereka merasa menemukan pengala-man baru yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Siswa yang tergolong dalam kelompok mempunyai antusias tinggi, berpendapat bahwa belajar dengan menggunakan majalah anak ternyata sangat membantu mereka dalam mengingat kembali seluruh materi pokok membaca, sekaligus mengingat kembali garis besar cerita sehingga memperlancar kemampuan menceritakan kembali isi cerita. Siswa yang termasuk kelompok kurang berhasil berpendapat bahwa pembelajaran membaca dan menulis melalui media majalah anak telah berhasil menggugah semangatnya, tetapi mereka masih mengalami hambatan teknik dalam menceritakan isi cerita karena selama ini atau sebelumnya memang tidak pernah sama sekali membaca.
Ada satu siswa yang temasuk kelompok enggan mengi-kuti pembelajaran membaca melaluimedia majalah anak, ternyata dari pengakuannya secara jujur terungkap adanya hambatan psikologis karena mempunyai watak pemalu.

2. Hasil Penelitian Siklus II
Hasil Ulangan Harian Siklus II
Kesalahan tindakan yang terjadi pada siklus I diperbaiki pada siklus II yang juga terdiri dari kegiatan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi, yang dirancang berdasarkan kesalahan, kelemahan, dan kekurangan yang sudah terjadi.
Perbaikan yang memperhatikan kesalahan, kelemahan, dan kekurangan pada siklus II, menghasilkan nilai ulangan harian seperti terlihat pada tabel 3.
Tabel 3. Hasil ulangan harian akhir siklus II
nilai
jumlah anak
prosentase
90-94
2
5
85-89
5
12.5
80-84
6
15
75-79
10
25
70-74
9
22.5
65-69
7
17.5
60-64
1
2.5
jumlah
40
100

Hasil Penelitian Siklus II
Hasil Ulangan Harian Siklus II
Kesalahan tindakan yang terjadi pada siklus I diperbaiki pada siklus II yang juga terdiri dari kegiatan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi, yang dirancang berdasarkan kesalahan, kelemahan, dan kekurangan yang sudah terjadi.Perbaikan yang memperhatikan kesalahan, kelemahan, dan kekurangan pada siklus I, menghasilkan nilai ulangan harian seperti terlihat pada tabel 3.
Dari tabel 3 tergambar peningkatan ketuntasan belajar dari 70 % pada siklus I menjadi 100% pada siklus II, karena seluruh siswa kelas II SDN 2 Setail yang berjumlah 40 anak telah memperoleh nilai 60 ke atas dan dianggap telah tuntas dalam menguasai Kompetensi Dasar materi Membaca cerita.
Hasil Pengamatan
Tindakan yang dilakukan pada siklus II hampir sama dengan kegiatan pada siklus I. Pada tahappenggunaan majalah anak, siswa lebih didorong untuk menghiasi dengan gambar-gambar yang menarik. Pada saat bermain peran siswa didorong untuk lebih wajar berekspresi sehingga tidak terkesan terlalu dibuat-buat.
Dari hasil pengamatan pada siklus II diperoleh data bahwa 39 siswa atau 97,5% bersikap sangat antusias. Siswa mulai bertambah lancar berimprovisasi dalam memerankan suatu tokoh dalam dunia seni, mereka juga semakin meningkat kelancarannya dalam hal mengucapkan dialog-dialog sesuai dengan skenario peran yang telah dibuat sebelumnya.
Hasil Wawancara
Hasil wawancara pada siklus II dari dua siswa berkemampu-an tinggi dan tiga siswa berkemampuan sedang, menunjukkan adanya peningkatan sikap antusiasme mereka karena merasa lebih rileks dan senang dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, tampak adanya sikap untuk berusaha lebih keras dalam memahami jalan cerita. Dan dari satu siswa berkemampuan rendah terungkap bahwa sebetulnya ada keinginan untuk dapat membaca seperti teman-teman yang lainnya tetapi secara jujur mengatakan adanya hambatan psikologis karena merasa sangat sulit menghilangkan rasa malunya.
Hasil Angket
Hasil angket yang dijaring melalui angket yang dibagikan kepada seluruh siswa sejumlah 40 anak, sebanyak 84,38 menyatakan sangat setuju bahwa media majalah anak sebagai model pem-belajaran membaca adalah sangat menarik, mudah, lebih baik, dan sangat setuju untuk dilanjutkan pengguna-annya. Adapun sebanyak 15,62% siswa menyatakan setuju, dan tidak ada seorang pun siswa yang menyatakan tidak tahu, tidak setuju, apalagi sangat tidak setuju. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media majalah anak sebagai alat bantu pembelajaran membaca mendapat respon sangat positif dari siswa.















BAB  V
SIMPULAN DAN SARAN

A.        Kesimpulan
      Berdasarkan hasil analisis dan pembahasannya dalam penelitian ini dapat disimpulkan:
1.      Metode membaca dan menulis menggunakan Big Book merupakan model pembelajaran yang dibangun berdasarkan kegembiraan siswa dan guru dalam rangka membantu dan memudahkan siswa dalam pembelajaran membaca dan menulis.
2.      Melalui metode membaca dan menulis menggunakan Big Book terbukti dapat meningkatkan baik proses maupun hasil pencapaian batas penguasaan kompetensi dasar pada pembelajaran membaca dan menulis siswa kelompok B Taman Kanak-kanak... ..........................
3.      Melalui Metode membaca dan menulis menggunakan Big Book ternyata terbukti dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan serta menarik minat para siswa kelompok B Taman kanak-kanak ..........................




B. Saran

                  Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar di SD lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:
Untuk melaksanakan model pembelajaran menggunakan Penjelasan alur di atas adalah:
  1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.
  2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya pembelajaran baca tulis dengan menggunakan buku besar ( Big Book ).
  3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.
  4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.
            Observasi dibagi dalam dua siklus,  yaitu siklus 1 dan 2, dimana masing siklus dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu tema yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. Siklus ini berkelanjutan dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup.

C. Alat Pengumpul Data

                  Pengumpulan data dilakukan secara kualitatif dengan menggunakan instrumen penelitian berupa check list evaluasi membaca dan menulis semester I dan II yang dikembangkan oleh tim peneliti.

D.        Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan mengolah instrumen evaluasi membaca dan menulis semester I dan II dalam bentuk persentase. Kemudian data tersebut didiskripsikan.


Penjelasan alur di atas adalah:
  1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.
  2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya pembelajaran baca tulis dengan menggunakan buku besar ( Big Book ).
  3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.
  4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.
            Observasi dibagi dalam dua siklus,  yaitu siklus 1 dan 2, dimana masing siklus dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu tema yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. Siklus ini berkelanjutan dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup.

C. Alat Pengumpul Data

                  Pengumpulan data dilakukan secara kualitatif dengan menggunakan instrumen penelitian berupa check list evaluasi membaca dan menulis semester I dan II yang dikembangkan oleh tim peneliti.

D.        Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan mengolah instrumen evaluasi membaca dan menulis semester I dan II dalam bentuk persentase. Kemudian data tersebut didiskripsikan.


\




DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindon.

Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta: Rineksa Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta.

Azhar, Lalu Muhammad. 1993. Proses Belajar Mengajar Pendidikan. Jakarta: Usaha Nasional.

Cohran-Smith, M. (1986). Reading to Children: A model for Understanding Texts. In. E. Schieffelin & B.B. Gilmore (Eds.), The acquisition of literacy: Ethnographic perspective perspectives,34-35. Norwood: NJ. Abex.

Daroeso, Bambang. 1989. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila. Semarang: Aneka Ilmu.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineksa Cipta.

Hadi, Sutrisno. 1982. Metodologi Research, Jilid 1. Yogyakarta: YP. Fak. Psikologi UGM.

Hancock and Hill (1987). Literature-based Reading Program at Work. Melbourne: Australian Reading Association. Goodman, Y.M. (1987). Reading miscue inventory: an alternative procedures. New York: Richard C. Owen.

Holdaway D. (1979). The foundation of Literacy. Sydney: Bridge Printery. Goodman K.S. (1986). What’s whole in whole language ? Portsmounth: N.H. Heinemann.

Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Hasibuan K.K. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Herli Salim (1996). A study of using ‘big books’ in the Shared-book strategy for the Teaching of early reading. Makalah tidak dipublikasikan. Deaking University.

Karges, L., and Bone. (1992). Bring on the Big Books. The reading teacher, 743-744.

Kemmis, S. and Mc. Taggart, R. (1988). The Action Research. Victoria: Deakin University.

Margono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. Rineksa Cipta.

Morrow L.M. (1988). Young children’s Responses to One-to-one Story Readings in Scholls Setting. Reading Research Quarterly, 23, 213.

Masriyah. 1999. Analisis Butir Tes. Surabaya: Universitas Press.

Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya: University Press. Univesitas Negeri Surabaya.

Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.

Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.

Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka.

Strickland, D.S. (1988). Some Tips for Using Big Books. The reading teacher, 42, 966-977.

Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan Cendekia.

Surakhmad, Winarno. 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars.

Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta.

Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Woodhouse, M. (1987) A Big Book and Poetry Emphasis. In Hancock and Hill (Eds.). Literature-based Reading Program at Work. Melbourne: Australian Reading Association














Tidak ada komentar:

Posting Komentar