PROPOSAL
PENGGUNAAN
MEDIA MAJALAH ANAK SEBAGAI
UPAYA
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA CERITA
PADA
SISWA KELAS II SDN 2 SETAIL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(PTK)
OLEH
ZAINUL MU'ARIF, S.Ag.
NIP:
……………………………
DINAS
PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA
KABUPATEN
BANYUWANGI
SD NEGERI 2
SETAIL
2010
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang selalu
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan proposal karya ilmiah
ini dapat terselesaikan pada waktunya.
Karya ilmiah yang berjudul “Penggunaan majalah anak-anak sebagai upaya
meningkatkan kemampuan membaca cerita pada siswa kelas II SDN 2 Setail”. Dalam penyusunan dan penyelesaian
proposal karya ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga
kepada:
- Yth. Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Banyuwangi
- Yth. Penyaji materi workshop penulisan karya tulis ilmiah
- Yth. Kepala Sekolah SDN 2 Setail
- Semua pihak yang telah banyak membantu sehingga penulisan ini selesai
Penulis menyadari bahwa
hasil proposal penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat peneliti harapkan demi kesempurnaan
penelitian ini dan demi penelitian yang akan datang.
Banyuwangi, Juni 2010
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman
Halaman Judul ................................................................................
Kata
Pengantar .........................................................................................................
Daftar
Isi ...................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
.................................................................................
A.
Latar Belakang Masalah ...................................................................
B.
Rumusan Masalah .............................................................................
C.
Tujuan Penelitian ..............................................................................
D.
Kegunaan Penelitian .........................................................................
E.
Batasan Masalah ......................................................................
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA ...............................................................
A.
Pandangan Tentang Pendidikan ..............................................
B.
Definisi Belajar.........................................................................
C.
Definisi Media Pembelajaran....................................................
BAB III METODOLOGI
PENELITIAN ...................................................
A.
Tempat, Waktu, dan Subyek
Penelitian ..................................
B.
Rancangan Penelitian ..............................................................
C.
Alat Pengumpul Data ..............................................................
D.
Analisis Data .....................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA .....................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keterampilan membaca merupakan modal utama bagi murid.
Dengan bekal kemampuan membaca, murid dapat mempelajari ilmu lain; dapat
mengkomunikasikan gagasannya; dan dapat mengekspresikan dirinya. Kegagalan
dalam penguasaan keterampilan ini akan mengakibatkan masalah yang fatal, baik
untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, maupun untuk
menjalani kehidupan sosial kemasyarakatan. Namun, modal utama yang penting ini,
masih belum merata dimiliki para murid.
Oleh karena itu pengajaran membaca harus selalu bertolak
dari konteks dan penggunaan bahasa yang dapat diterima siswa, dan bukan dengan
memberikan kata-kata tanpa konteks dan pengertian. Demikian juga dengan
mengajarkan menulis, kritik terhadap cara mengajarkan keterampilan menulis
(hand-writing) dengan jalan menyalin, mencontoh dan sebagainya, dikemukakan
oleh Goodman dan kawan-kawan (1986) sebagai upaya yang sia-sia saja. Mereka
berpendapat bahwa pengajaran literasi bukan hanya belajar membunyikan dan
menuliskan huruf-huruf dengan cara merangkai-rangkainya melainkan upaya
mengembangkan kemampuan literasi (baca-tulis) yang berdasar kepada kemampuan
berbahasa.
Bagi para ahli
literasi dari negara maju, pengembangan
kemampuan literasi berarti mengembangkan kognitif anak yang berhubungan dengan
kemampuan berbahasa. Dalam hal ini baca-tulis hanya sebagai sarana anak dalam
mengemukakan perasaan dan pikiran yang
telah berkembang seiring dengan perkembangan bahasa mereka. Dengan kata lain
belajar membaca dan menulis (dalam arti kemampuan mekanik) merupakan
konsekuensi dari pengembangan kemampuan berbahasa. Selanjutnya, pemaknaan
terhadap bacaan dan tulisan (construction of meaning) yang ada di sekeliling
anak merupakan hasil dari sosialisasi anak dengan lingkungannya.
Di lain pihak, peneliti mengamati bahwa pengembangan
literasi yang dilaksanakan di Indonesia
selama ini lebih berarti pada mengajarkan baca-tulis dengan pengertian
mengajarkan sistem/mekanisme atau cara membunyikan, menuliskan dan merangkai
huruf menjadi kalimat yang diberikan oleh guru atau buku pelajaran
membaca/menulis. Dengan demikian kebebasan anak mengembangkan kemampuan berbahasa
melalui bacaan yang ada serta mengemukakan perasaan dan pikiran mereka melalui
tulisan, sangat terbatas.
Gambaran mengenai implikasi dari pandangan para ahli
literasi di negara maju dapat kita lihat di kelas-kelas rendah dan pendidikan
pra-sekolah . Salah satu kegiatan tersebut adalah dengan membacakan cerita
kepada anak. Kegiatan membacakan cerita diyakini dapat mengembangkan kemampuan
berbahasa, dan mengajarkan baca-tulis.. Majalah anak ini mempunyai
karakteristik khusus seperti penuh dengan warna-warni, gambar yang menarik,
mempunyai banyak cerita pendek yang sangat digemari anak-anak.
Namun, strategi pengajaran membaca cerita dengan
menggunakan majalah anak pada Sekolah Dasar terutama di pedesaan belum banyak
digunakan dalam konteks Indonesia .
Untuk itu, peneliti melakukan penelitian tindakan kelas (classroom action research) terhadap penggunaan majalah anak yang
berlandaskan akar budaya Indonesia ;
Berdasarkan hal tersebut di
atas, maka penulis mengambil judul “
Penggunaan Majalah Anak Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca
Cerita pada Siswa Kelas II SDN 2 Setail Tahun 2010/2011”
B. Rumusan Masalah
Bertitik
tolak dari latar belakang di atas maka penulis merumuskan permasalahannya
sebagai berikut:
1.
Apakah dengan penggunaan Majalah
Anak dapat meningkatkan kemampuan membaca cerita pada siswa kelas II SDN 2
Setail Tahun 2010/2011 ?
atau
2.
Bagaimanakah peningkatan kemampuan
Membaca cerita dengan digunakannya kannya majalah anak pada siswa kelas II
SDN 2 Setail Tahun 2010/2011?
C. Tujuan Penelitian
1. Ingin
mengetahui perkembangan kemampuan membaca cerita melalui penggunaan majalah
anak pada siswa kelas II SDN 2 Setail Tahun 2010/2011. atau
2. Ingin mengetahui peningkatan kemampuan membaca cerita setelah
digunakannya majalah anak pada siswa kelas II
SDN 2 Setail Tahun 2010/2011.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun maksud penulis mengadakan penelitian ini
diharapkan dapat berguna sebagai:
1.
Menambah pengetahuan dan wawasan
penulis tentang peranan guru Sekolah Dasar dalam meningkatkan kemampuan membaca
siswa
2.
Sumbangan pemikiran bagi guru
Sekolah Dasar dalam mengajar dan meningkatkan pemahaman siswa dalam hal
belajar membaca.
3.
Sebagai bahan pertimbangan dalam
menentukan metode pembelajaran yang dapat memberikan manfaat bagi siswa.
4.
Menerapkan metode yang tepat
sesuai dengan perkembangan dan kemampuan siswa.
F. Batasan Masalah
1.
Penelitian ini hanya dikenakan
pada siswa kelas II SDN 2 Setail Tahun
2010/2011
2.
Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Juli Tahun Pelajaran 2010/2011
3.
Materi yang diajarkan adalah tema
membaca cerita pendek
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Definisi Pendidikan
Istilah “Pendidikan” merupakan
kata yang tidak asing lagi untuk hampir setiap orang. Namun demikian, istilah
ini lebih sering diartikan secara berbeda dari masa ke masa, termasuk oleh ahli
yang berbeda pula. Seseorang mungkin menerjemahkan pendidikan sebagai sebuah
proses latihan. Orang lain mungkin menerjemahkannya sebagai sejumlah pengalaman
yang memungkinkan seseorang mendapatkan pemahaman dan pengetahuan baru yang
lebih baik. Atau mungkin pula diterjemahkan secara sederhana sebagai pertumbuhan
dan perkembangan.
John Dewey, seorang pendidik yang
mempunyai andil besar dalam dunia pendidikan, mendefinisikan pendidikan sebagai
“rekonstruksi aneka pengalaman dan peristiwa yang dialami dalam kehidupan
individu sehingga segala sesuatu yang baru menjadi lebih terarah dan bermakna.”
Definisi ini mengandung arti bahwa seseorang berpikir dan memberi makna pada
pengalaman-pengalaman yang dilaluinya. Lebih jauh definisi tersebut mengandung
arti bahwa pendidikan seseorang terdiri dari segala sesuatu yang ia lakukan
dari mulai lahir sampai ia mati. Kata kuncinya adalah melakukan atau
mengerjakan. Seseorang belajar dengan cara melakukan. Pendidikan dapat terjadi
di perpustakaan, kelas, tempat bermain, lapangan olahraga, di perjalanan, atau
di rumah.
Morse (1964) membedakan pengertian
pendidikan ke dalam istilah pendidikan liberal (liberal education) dan
pendidikan umum (general education). Ia mengatakan bahwa pendidikan
liberal lebih berorientasi pada bidang studi dan menekankan penguasaan
materinya (subject centered). Tujuan utamanya adalah penguasaan materi
pembelajaran secara mendalam dan bahkan jika mungkin sampai tuntas. Pemikiran
pendidikan seperti ini sudah tidak bisa lagi diterapkan dalam konteks
pendidikan jasmani sekarang ini, dan oleh karena itu, pengertian pendidikan
seperti ini dipandang bersifat tradisional.
Sementara itu, pendidikan modern
lebih bersifat memperhatikan “pelakunya” dari pada bidang studi atau materinya.
Tujuan utamanya adalah mencapai perkembangan individu secara menyeluruh sambil
tetap memperhatikan perkembangan perilaku intelektual dan sosial individu
sebagai produk dari belajarnya (child centered). Pendidikan pada jaman
sekarang lebih banyak menekankan pada pengembangan individu secara total.
Kebanyakan sekolah sekarang ini menganut
filsafat modern. Setiap individu memiliki kebutuhan yang berbeda-beda.
Pembelajaran secara individual pada dasarnya merupakan pembelajaran untuk semua
siswa, termasuk program untuk siswa yang mempunyai kelambanan dalam
perkembangannya, mengalami gangguan emosional, dan siswa yang memiliki cacat
fisik atau mental. Setiap siswa diberi kebebasan untuk memilih materi
pembelajaran yang diinginkannya dan memperoleh pelatihan dari bidang kejuruan
yang berbeda-beda.
Dengan kata lain pendidikan pada
jaman sekarang ini lebih menekankan pada pengembangan individu secara utuh.
Pengajar tidak hanya memperhatikan perolehan akademisnya akan tetapi juga
kemampuan bicara, koordinasi, dan keterampilan sosialnya. Para
guru mencoba membantu setiap individu untuk belajar memecahkan masalahmasalah
baik emosional maupun fisikal yang dihadapi oleh setiap siswa.
B. Definisi Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses, cara,
menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha
memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingka laku atau tanggapan yang
disebabkan oleh pengalaman. (KBBI, 1996: 14).
Sependapat dengan pernyataan
tersebut Sutomo (1993: 68) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses
pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga
memungkinkan dia belajar untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku
tertentu pula. Sedangkan belajar adalah suatu peoses yang menyebabkan perubahan
tingkah laku yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik,
tetapi perubahan dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir,
sikap dan lain-lain. (Soetomo, 1993: 120).
Pasal 1 Undang-undang No. 20 tahun
2000 tentang pendidikan nasional menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar.
Jadi pembelajaran adalah proses yang disengaja yang
menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan
kegiatan pada situasi tertentu.
D. Big Books
Gambaran mengenai implikasi dari pandangan para ahli
literasi di negara maju dapat kita lihat di kelas-kelas rendah dan pendidikan
pra-sekolah seperti misalnya di Eropa, Amerika dan Australia . Salah satu kegiatan
tersebut adalah dengan membacakan cerita kepada anak. Kegiatan membacakan
cerita diyakini dapat mengembangkan kemampuan berbahasa, dan mengajarkan
baca-tulis. Hal ini biasa dilakukan dengan menggunakan sebuah Big Book
(buku besar).
Big Book merupakan buku cerita yang
berkarakteristik khusus yang dibesarkan, baik teks maupun gambarnya, untuk
memungkinkan terjadinya kegiatan membaca bersama (shared reading) antara guru
dan murid. Buku ini mempunyai karakteristik khusus seperti penuh dengan
warna-warni, gambar yang menarik, mempunyai kata yang dapat diulang-ulang,
mempunyai plot yang mudah ditebak, dan memiliki pola teks yang berirama untuk
dapat dinyanyikan.
BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan
masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian
deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan
dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Menurut Sukidin dkk (2002:54) ada 4
macam bentuk penelitian tindakan, yaitu: (1) penelitian tindakan guru sebagai
peneliti, (2) penelitian tindakan kolaboratif, (3) penelitian tindakan simultan
terintegratif, dan (4) penelitian tindakan sosial eksperimental.
Keempat bentuk penelitian tindakan
di atas, ada persamaan dan perbedaannya. Menurut Oja dan Smulyan sebagaimana
dikutip oleh Kasbolah, (2000) (dalam Sukidin, dkk. 2002:55), ciri-ciri dari
setiap penelitian tergantung pada: (1) tujuan utamanya atau pada tekanannya,
(2) tingkat kolaborasi antara pelaku peneliti dan peneliti dari luar, (3)
proses yang digunakan dalam melakukan penelitian, dan (4) hubungan antara
proyek dengan sekolah.
Dalam penelitian ini menggunakan
bentuk guru sebagai peneliti, dimana guru sangat berperan sekali dalam proses
penelitian tindakan kelas. Dalam bentuk ini, tujuan utama penelitian tindakan
kelas ialah untuk meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas. Dalam
kegiatan ini, guru terlibat langsung secara penuh dalam proses perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi. Kehadiran pihak lain dalam penelitian ini
peranannya tidak dominan dan sangat kecil.
Penelitian ini mengacu pada
perbaikan pembelajaran yang berkesinambungan. Kemmis dan Taggart (1988:14)
menyatakan bahwa model penelitian tindakan adalah berbentuk spiral. Tahapan
penelitian tindakan pada suatu siklus meliputi perencanaan atau pelaksanaan
observasi dan refleksi. Siklus ini berlanjut dan akan dihentikan jika sesuai
dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup.
A. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian
1. Tempat Penelitian dan waktu penelitian
Penelitian
ini dilakukan di SDN 2 Setail. Pelaksanaan penelitian berlangsung dari awal
bulan Juli sampai dengan akhir bulan Juli 2010.
2. Subyek Penelitian
Siswa Kelas II SDN 2 Setail sebanyak
40 siswa. Pemilihan subjek penelitian dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian
yaitu mengembangkan kemampuan berbahasa sebagai dasar kemampuan di kelas II.
Pertimbangan lainnya adalah bahwa penulis yang mengajar di kelas tersebut mempunyai
pengalaman yang cukup banyak dalam mengajarkan persiapan membaca. Sementara itu
pemilihan lokasi penelitian dilakukan berdasarkan pertimbangan kemudahan pelaksanaan
penelitian di sekolah kami sendiri, yaitu SD Negeri 2 Setail.
B. Rancangan Penelitian
Menurut pengertiannya penelitian tindakan
adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi di masyarakat atau sekelompok
sasaran, dan hasilnya langsung dapat dikenakan pada masyarakat yang
bersangkutan (Arikunto, Suharsimi 2002:82). Ciri atau karakteristik utama dalam
penelitian tindakan adalah adanya partisipasi dan kolaborasi antara peneliti
dengan anggota kelompok sasaran. Penelitian tindakan adalah satu strategi
pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses
pengembangan inovatif yang dicoba sambil jalan dalam mendeteksi dan memecahkan
masalah. Dalam prosesnya pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut
dapat saling mendukung satu sama lain.
Sedangkan
tujuan penelitian tindakan harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut:
1.
Permasalahan atau topik yang
dipilih harus memenuhi kriteria, yaitu benar-benar nyata dan penting, menarik
perhatian dan mampu ditangani serta dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk
melakukan perubahan.
2.
Kegiatan penelitian, baik
intervensi maupun pengamatan yang dilakukan tidak boleh sampai mengganggu atau
menghambat kegiatan utama.
3.
Jenis intervensi yang dicobakan
harus efektif dan efisien, artinya terpilih dengan tepat sasaran dan tidak
memboroskan waktu, dana dan tenaga.
4.
Metodologi yang digunakan harus
jelas, rinci, dan terbuka, setiap langkah dari tindakan dirumuskan dengan tegas
sehingga orang yang berminat terhadap penelitian dapat mengecek setiap
hipotesis dan pembuktiannya.
5.
Kegiatan penelitian diharapkan
dapat merupakan proses kegiatan yang berkelanjutan (on-going), mengingat
bahwa pengembangan dan perbaikan terhadap kualitas tindakan memang tidak dapat
berhenti tetapi menjadi tantangan sepanjang waktu. (Arikunto, Suharsimi,
2002:82-83).
Sesuai
dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka
penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart
(dalam Arikunto, Suharsimi, 2002:83), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang
satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning
(rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection
(refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah
direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I
dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus
spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar
berikut:
Penjelasan alur diatas adalah :
- Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.
- Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya pembelajaran membaca cerita dengan menggunakan majalah anak.
- Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.
- Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.
Observasi dibagi dalam dua
siklus, yaitu siklus 1 dan 2, dimana
masing siklus dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan
membahas satu tema yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. Siklus
ini berkelanjutan dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa
sudah cukup.
C. Alat Pengumpul Data
Pengumpulan data dilakukan secara kualitatif dengan
menggunakan instrumen penelitian berupa check list evaluasi membaca dan menulis
semester I dan II yang dikembangkan oleh tim peneliti.
D. Analisis Data
Analisis data
dilakukan dengan mengolah instrumen evaluasi membaca dan menulis semester I dan
II dalam bentuk persentase. Kemudian data tersebut didiskripsikan.
BAB IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Penelitian dan Pembahasan
Hasil
Penelitian
Hasil penelitian ini diperoleh dari tindakan pada
siklus I dan siklus II. Hasil penelitian berupa hasil penilaian hasil evaluasi
menulis dan membaca.
Hasil Tes Awal
Dari instrumen penilaian tes awal untuk materi membaca
dalam bentuk tes dan soal diperoleh hasil seperti tercantum dalam tabel
berikut.
Tabel 1. Hasil Tes Awal
|
|
|
nilai
|
jumlah anak
|
prosentase
|
70-75
|
1
|
2.5
|
65-69
|
2
|
5
|
60-64
|
5
|
12.5
|
55-59
|
7
|
17.5
|
50-54
|
22
|
55
|
45-49
|
3
|
7.5
|
jumlah
|
40
|
100
|
Dari hasil tes awal pada tabel 1 di atas tergambar
bahwa dari 40 siswa kelas II pada tahun 2010/2011, 32 siswa atau 80% belum
mencapai batas ketuntasan yaitu nilai 60 dikarenakan belum dapat mengenal huruf
sama sekali, berarti belum mencapai kompetensi dasar membaca. Sedang yang telah
mencapai batas tuntas yaitu memperoleh nilai 60 ke atas sebanyak 8 siswa atau
hanya 20% sudah mengenal huruf.
1. Hasil
Penelitian Siklus I
Hasil
Penilaian Ulangan Harian Siklus I
Setelah mengikuti proses pembelajaran membaca dan
menulis menggunakan Big Book pada siklus I, diperoleh hasil tes seperti
tergambar pada tabel 2.
Tabel 2. Hasil
ulangan harian akhir siklus I
|
||
nilai
|
jumlah anak
|
prosentase
|
70-75
|
4
|
10
|
65-69
|
14
|
35
|
60-64
|
10
|
25
|
55-59
|
6
|
15
|
50-54
|
4
|
10
|
45-49
|
2
|
5
|
jumlah
|
40
|
100
|
Pada tabel 2, siswa yang belum menguasai Kompetensi
Dasar atau belum tuntas berjumlah 12 anak atau sebanyak 30 %. Sedang siswa yang
mencapai ketuntasan belajar, yaitu memperoleh nilai 60 ke atas adalah sebanyak
28 anak atau 70 %. Dengan demikian ditinjau dari sudut ketuntasan belajar telah
mengalami kenaikan dari 20% menjadi 70 %.
Hasil
Pengamatan
Hasil pengamatan yang dilakukan pada siklus I,
diperoleh dari lembar pengamatan yang mencakup materi : (1) pengenalan huruf,
(2) pemahaman kata dan kalimat, (3) menceritakan kembali isi cerita (4), kemampuan
berkomunikasi.
Hasil yang cukup menggembirakan bahwa ketika proses
pembelajaran membaca dan menulis pada siswa kelas II SDN 2 Setail melalui media
majalah anak berlangsung 70 % siswa menampakkan respon yang cukup antusias
dengan perasaan senang terpancar dari roman wajah mereka, sehingga mereka
dengan kesadaran yang cukup tinggi ikut terlibat aktif melaksanakan kegiatan membaca.
Meskipun memang masih ada 12 siswa yang mengalami kesulitan dalam penguasaan
materi membaca dan menulis. Di antaranya beberapa anak masih terlihat kaku,
beberapa anak ada yang lancar dalam membaca. Dan hanya ada 1 siswa yang masih
tampak enggan mengikuti kegiatan, tetapi akan dicoba diungkap alasannya melalui
wawancara khusus.
Hasil
Wawancara
Wawancara dilakukan bertujuan untuk mengetahui
hambatan dan kemudahan yang dialami siswa dalam mengikuti pembelajaran membaca melalui
media majalah anak..
Siswa yang tergolong ke dalam kelompok baik berpendapat
bahwa pembelajaran membaca cerita melalui media majalah anak sangat
mengasyikkan, karena mereka merasa menemukan pengala-man baru yang belum pernah
dilakukan sebelumnya. Siswa yang tergolong dalam kelompok mempunyai antusias
tinggi, berpendapat bahwa belajar dengan menggunakan majalah anak ternyata
sangat membantu mereka dalam mengingat kembali seluruh materi pokok membaca,
sekaligus mengingat kembali garis besar cerita sehingga memperlancar kemampuan
menceritakan kembali isi cerita. Siswa yang termasuk kelompok kurang berhasil
berpendapat bahwa pembelajaran membaca dan menulis melalui media majalah anak telah
berhasil menggugah semangatnya, tetapi mereka masih mengalami hambatan teknik
dalam menceritakan isi cerita karena selama ini atau sebelumnya memang tidak
pernah sama sekali membaca.
2. Hasil
Penelitian Siklus II
Hasil Ulangan Harian Siklus II
Kesalahan tindakan yang terjadi pada siklus I
diperbaiki pada siklus II yang juga terdiri dari kegiatan perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi, yang dirancang berdasarkan kesalahan,
kelemahan, dan kekurangan yang sudah terjadi.
Perbaikan yang memperhatikan kesalahan, kelemahan, dan
kekurangan pada siklus II, menghasilkan nilai ulangan harian seperti terlihat
pada tabel 3.
Tabel 3. Hasil ulangan harian akhir siklus II
|
||
nilai
|
jumlah anak
|
prosentase
|
90-94
|
2
|
5
|
85-89
|
5
|
12.5
|
80-84
|
6
|
15
|
75-79
|
10
|
25
|
70-74
|
9
|
22.5
|
65-69
|
7
|
17.5
|
60-64
|
1
|
2.5
|
jumlah
|
40
|
100
|
Hasil
Penelitian Siklus II
Hasil Ulangan Harian Siklus II
Kesalahan tindakan yang terjadi pada siklus I
diperbaiki pada siklus II yang juga terdiri dari kegiatan perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi, yang dirancang berdasarkan kesalahan,
kelemahan, dan kekurangan yang sudah terjadi.Perbaikan yang memperhatikan
kesalahan, kelemahan, dan kekurangan pada siklus I, menghasilkan nilai ulangan harian
seperti terlihat pada tabel 3.
Dari tabel 3 tergambar peningkatan ketuntasan belajar
dari 70 % pada siklus I menjadi 100% pada siklus II, karena seluruh siswa kelas
II SDN 2 Setail yang berjumlah 40 anak telah memperoleh nilai 60 ke atas dan
dianggap telah tuntas dalam menguasai Kompetensi Dasar materi Membaca cerita.
Hasil
Pengamatan
Tindakan yang dilakukan pada siklus II hampir sama
dengan kegiatan pada siklus I. Pada tahappenggunaan majalah anak, siswa lebih
didorong untuk menghiasi dengan gambar-gambar yang menarik. Pada saat bermain
peran siswa didorong untuk lebih wajar berekspresi sehingga tidak terkesan
terlalu dibuat-buat.
Dari hasil pengamatan pada siklus II diperoleh data
bahwa 39 siswa atau 97,5% bersikap sangat antusias. Siswa mulai bertambah
lancar berimprovisasi dalam memerankan suatu tokoh dalam dunia seni, mereka
juga semakin meningkat kelancarannya dalam hal mengucapkan dialog-dialog sesuai
dengan skenario peran yang telah dibuat sebelumnya.
Hasil
Wawancara
Hasil wawancara pada siklus II dari dua siswa
berkemampu-an tinggi dan tiga siswa berkemampuan sedang, menunjukkan adanya
peningkatan sikap antusiasme mereka karena merasa lebih rileks dan senang dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran, tampak adanya sikap untuk berusaha lebih keras
dalam memahami jalan cerita. Dan dari satu siswa berkemampuan rendah terungkap
bahwa sebetulnya ada keinginan untuk dapat membaca seperti teman-teman yang
lainnya tetapi secara jujur mengatakan adanya hambatan psikologis karena merasa
sangat sulit menghilangkan rasa malunya.
Hasil Angket
Hasil angket yang dijaring melalui angket yang
dibagikan kepada seluruh siswa sejumlah 40 anak, sebanyak 84,38 menyatakan
sangat setuju bahwa media majalah anak sebagai model pem-belajaran membaca adalah
sangat menarik, mudah, lebih baik, dan sangat setuju untuk dilanjutkan
pengguna-annya. Adapun sebanyak 15,62% siswa menyatakan setuju, dan tidak ada
seorang pun siswa yang menyatakan tidak tahu, tidak setuju, apalagi sangat
tidak setuju. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media majalah anak sebagai
alat bantu pembelajaran membaca mendapat respon sangat positif dari siswa.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasannya dalam penelitian ini dapat
disimpulkan:
1.
Metode membaca dan menulis menggunakan Big Book merupakan model
pembelajaran yang dibangun berdasarkan kegembiraan siswa dan guru dalam rangka
membantu dan memudahkan siswa dalam pembelajaran membaca dan menulis.
2.
Melalui metode membaca dan menulis menggunakan Big Book terbukti dapat
meningkatkan baik proses maupun hasil pencapaian batas penguasaan kompetensi
dasar pada pembelajaran membaca dan menulis siswa kelompok B Taman
Kanak-kanak... ..........................
3.
Melalui Metode membaca dan menulis menggunakan Big Book ternyata terbukti
dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan serta menarik minat
para siswa kelompok B Taman kanak-kanak ..........................
B. Saran
Dari
hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar
mengajar di SD lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi
siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:
Untuk
melaksanakan model pembelajaran menggunakan Penjelasan alur di atas adalah:
- Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.
- Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya pembelajaran baca tulis dengan menggunakan buku besar ( Big Book ).
- Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.
- Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.
Observasi dibagi dalam dua
siklus, yaitu siklus 1 dan 2, dimana
masing siklus dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan
membahas satu tema yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran.
Siklus ini berkelanjutan dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan
dirasa sudah cukup.
C. Alat Pengumpul Data
Pengumpulan data dilakukan secara kualitatif dengan
menggunakan instrumen penelitian berupa check list evaluasi membaca dan menulis
semester I dan II yang dikembangkan oleh tim peneliti.
D. Analisis Data
Analisis data
dilakukan dengan mengolah instrumen evaluasi membaca dan menulis semester I dan
II dalam bentuk persentase. Kemudian data tersebut didiskripsikan.
Penjelasan alur
di atas adalah:
- Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.
- Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya pembelajaran baca tulis dengan menggunakan buku besar ( Big Book ).
- Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.
- Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.
Observasi dibagi dalam dua
siklus, yaitu siklus 1 dan 2, dimana
masing siklus dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan
membahas satu tema yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran.
Siklus ini berkelanjutan dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan
dirasa sudah cukup.
C. Alat Pengumpul Data
Pengumpulan data dilakukan secara kualitatif dengan
menggunakan instrumen penelitian berupa check list evaluasi membaca dan menulis
semester I dan II yang dikembangkan oleh tim peneliti.
D. Analisis Data
Analisis data
dilakukan dengan mengolah instrumen evaluasi membaca dan menulis semester I dan
II dalam bentuk persentase. Kemudian data tersebut didiskripsikan.
\
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar
Mengajar. Bandung :
Sinar Baru Algesindon.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara
Manusiawi. Jakarta :
Rineksa Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta :
Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta :
Rineksa Cipta.
Azhar, Lalu Muhammad. 1993. Proses Belajar Mengajar Pendidikan.
Jakarta : Usaha
Nasional.
Cohran-Smith, M. (1986). Reading to Children: A model for
Understanding Texts. In. E. Schieffelin & B.B. Gilmore (Eds.), The
acquisition of literacy: Ethnographic perspective perspectives,34-35. Norwood : NJ. Abex.
Daroeso, Bambang. 1989. Dasar dan Konsep Pendidikan
Moral Pancasila. Semarang :
Aneka Ilmu.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta :
Rineksa Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar.
Jakarta :
Rineksa Cipta.
Hadi, Sutrisno. 1982. Metodologi Research, Jilid 1.
Yogyakarta : YP. Fak. Psikologi UGM.
Hancock and Hill (1987). Literature-based Reading
Program at Work. Melbourne :
Australian Reading Association. Goodman, Y.M. (1987). Reading miscue inventory:
an alternative procedures. New York :
Richard C. Owen.
Holdaway D. (1979). The foundation of Literacy. Sydney : Bridge Printery.
Goodman K.S. (1986). What’s whole in whole language ? Portsmounth: N.H.
Heinemann.
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar.
Bandung : Sinar
Baru Algesindo.
Hasibuan K.K. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar
Mengajar. Bandung :
Remaja Rosdakarya.
Herli Salim (1996). A study of using ‘big books’ in the
Shared-book strategy for the Teaching of early reading. Makalah tidak
dipublikasikan. Deaking
University .
Karges, L., and Bone. (1992). Bring on the Big Books.
The reading teacher, 743-744.
Kemmis, S. and Mc. Taggart, R. (1988). The Action
Research. Victoria : Deakin University .
Margono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta . Rineksa Cipta.
Morrow L.M. (1988). Young children’s Responses to
One-to-one Story Readings in Scholls Setting. Reading Research Quarterly, 23,
213.
Masriyah. 1999. Analisis Butir Tes. Surabaya : Universitas
Press.
Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar.
Surabaya :
University Press. Univesitas Negeri Surabaya .
Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Bina Aksara.
Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar
Mengajar. Jakarta :
Bina Aksara.
Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model
Pembelajaran. Jakarta :
PAU-PPAI, Universitas Terbuka.
Strickland, D.S. (1988). Some Tips for Using Big Books.
The reading teacher, 42, 966-977.
Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan
Kelas. Surabaya :
Insan Cendekia.
Surakhmad, Winarno. 1990. Metode Pengajaran Nasional.
Bandung :
Jemmars.
Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di
Sekolah. Jakarta :
PT. Rineksa Cipta.
Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu
Pendekatan Baru. Bandung :
Remaja Rosdakarya.
Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional.
Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Woodhouse, M. (1987) A Big Book and Poetry Emphasis. In
Hancock and Hill (Eds.). Literature-based Reading Program at Work. Melbourne : Australian
Reading Association
Tidak ada komentar:
Posting Komentar