Pentingnya Shalat Berjamaah (KhutbahJum'at edisi 33)
|
WrittenbyAl-UstadzSaifuddinZuhri, Lc.
|
Wednesday, 23 March 2011 02:24
|
Pentingnya Shalat Berjamaah
(ditulis oleh: Al-UstadzSaifuddinZuhri, Lc.)
Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah l dengan sebenar-benar
takwa. Dan marilah kita selalu menjalankan dan menjaga kewajiban-Nya yang
paling besar setelah dua kalimat syahadat, yaitu kewajiban shalat. Karena
agung serta butuhnya seseorang terhadap kewajiban ini, Allah l memerintahkan
untuk mengerjakannya tidak hanya sekali dalam sehari. Allah l telah
mewajibkan kepada kita untuk menjalankannya lima waktu dalam sehari semalam,
pada waktu-waktu yang tidak merugikan sedikit pun bagi aktivitas kita. Bahkan
sangat membantu dan menguntungkan kegiatan kita sehari-hari.
Hadirin rahimakumullah,
Allah k telah menyebutkan ancaman yang sangat keras bagi orang-orang
yang meremehkan kewajiban shalat. Tentu saja ini menunjukkan betapa besarnya
kewajiban ini di sisi Allah l. Sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:
”Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang
menyia-nyiakanshalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan
menemui siksa yang sangat keras dan berlipat-lipat. Kecuali orang yang
bertaubat, beriman dan beramal saleh, maka mereka itu akan masuk surga dan
tidak dianiaya (dirugikan) sedikit pun.” (Maryam: 59-60)
Di antara hal yang juga menunjukkan betapa agungnya keutamaan shalat,
adalah apa yang disebutkan oleh Al-ImamAl-Bukhari dan Muslim c dalam Shahih
keduanya, yaitu bahwa Rasulullah n menyerupakan shalat lima waktu dengan
sungai yang mengalir di depan pintu seorang muslim dan digunakan untuk mandi
sebanyak lima kali dalam sehari, sehingga akan menghilangkan kotoran-kotoran
yang melekat di badannya. Begitu pula shalat lima waktu, akan menghapus
dosa-dosa seorang muslim yang selalu menjalankan dan menjaganya. Hanya saja
dosa-dosa yang dihapus adalah dosa-dosa kecil. Adapun dosa-dosa besar seperti
durhaka kepada orangtua, mencuri, riba, memakan harta anak yatim, berdusta,
menipu dalam jual beli dan semisalnya, maka tidak akan terhapus kecuali
dengan bertaubat kepada Allah l.
Maka sungguh merupakan kenyataan yang sangat mengherankan dan
menyedihkan, ketika kita dapatkan sebagian kaum muslimin tidak memerhatikan
bahkan seolah-olah tidak tahu kewajiban shalat lima waktu ini. Sehingga di
mata mereka, shalat lima waktu seperti amalan yang tidak ada nilainya.
Padahal Allah l dan Rasul-Nya telah menjelaskan bahwa orang yang tidak
mengerjakan shalat adalah bukan saudara kita seiman. Begitupulashalat adalah
perkara yang membedakan antara seorang muslim dengan orang kafir. Hal ini
disebutkan di dalam firman-Nya:
”Dan jika mereka mau bertaubat dan menegakkan shalat serta menunaikan
zakat, maka mereka adalah saudara kalian seagama.” (At-Taubah: 11)
Rasulullah n bersabda:
”Sesungguhnya (yang membedakan) antara seseorang dengan kesyirikan dan
kekufuran adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim)
Bahkan Al-ImamIbnulQayyim v mengatakan: ”Sungguh, Al-Kitab dan
As-Sunnah serta ijma’ sahabat telah menunjukkan kafirnya orang yang
meninggalkan shalat.”
Saudara-saudaraku kaum muslimin rahimakumullah,
Oleh karena itu, orang yang sama sekali tidak mau mengerjakan shalat
dan tidak mau diingatkan untuk menjalankannya dihukumi sebagai orang kafir
yang keluar dari Islam. Sehingga sebagai akibat dari hukum tersebut, kita
tidak boleh lagi memakan daging hewan sembelihannya. Tidak boleh pula kita
menikahkan anak-anak perempuan kita dengannya, serta tidak berhak baginya
untuk menerima harta warisan serta konsekuensi-konsekuensi lainnya. Begitu
pula, sudah seharusnya kita membencinya dan meninggalkan serta menjauhinya,
selama dia tidak mau menerima nasihat dan terus-menerus dalam keadaan
demikian. Apabila dia mati dan belum juga bertaubat, maka mayatnya tidak
perlu dimandikan, dikafani, dan dishalati serta tidak dikubur di pemakaman
kaum muslimin.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Ketahuilah bahwa Allah l yang telah memerintahkan kepada kita shalat
lima waktu juga mewajibkan bagi kita untuk menjalankannya secara berjamaah.
Hal ini sebagaimana disebutkan di dalam ayat-ayat-Nya dan hadits-hadits Rasul
n. Bahkan dalil-dalil yang ada menunjukkan bahwa meninggalkan kewajiban ini
tanpa ada sebab yang syar’i adalah dosa besar. Allah l berfirman:
”Dan tegakkanlanshalat dan tunaikanlah zakat dan rukuklah bersama-sama
orang yang ruku'.” (Al-Baqarah: 43)
Maka tentu saja merupakan kenyataan yang memprihatinkan, ketika kita
dapatkan banyak di antara kaum muslimin yang meremehkan kewajiban ini. Mereka
mendengar adzan dikumandangkan, namun tidak mau memenuhi panggilan adzan
tersebut untuk segera menuju ke masjid. Padahal dia dalam keadaan sehat dan
kuat. Seakan-akan dia mengatakan: ”Aku mendengar panggilan untuk menghadap-Mu
ya Allah, namun aku tidak akan memenuhinya.” Bahkan hal ini terjadi pada
sebagian orang yang bertempat tinggal di sekitar masjid. Rumah mereka di
dekat masjid, namun hatinya jauh dari masjid. Wal ‘iyadzubillah (Kita
berlindung kepada Allah l).
Saudara-saudaraku kaum muslimin rahimakumullah
Sebagian yang lain dari kaum muslimin ada yang berangkat ke masjid
namun diiringi rasa malas. Mereka tidak segera mempersiapkan diri untuk pergi
ke masjid, namun menundanya sampai menjelang atau saat iqamah dikumandangkan.
Sehingga mereka terburu-buru ketika menuju masjid. Hal ini tentu menyelisihi
aturan Rasulullah n dalam adab berjalan ke masjid. Yaitu berjalan dengan
tenang tanpa melakukan gerakan yang tidak diperlukan, ataupun melihat ke kanan
dan kiri tanpa ada keperluan, dan menghadirkan hati untuk menghadap kepada
Allah l. Maka terluput pula dari mereka keutamaan yang besar bagi orang-orang
yang menunggu shalat di masjid. Yaitu malaikat akan memintakan ampun dan
rahmat kepada Allah l untuknya selama dia terkena hadats. Hal ini sebagaimana
tersebut di dalam hadits Rasulullah n yang diriwayatkan oleh
Al-ImamAl-Bukhari dan Muslim.
Padahal kami yakin bahwa apabila mereka dipanggil untuk mendapatkan
dunia, tentu mereka akan segera mendatanginya kapan saja tanpa ada rasa
malas. Begitu pula, mereka akan mau menunggunya tanpa rasa bosan, meskipun
harus antri dan memakan waktu berjam-jam. Yang demikian ini tentu menunjukkan
lemahnya iman, dan menunjukkan bahwa dunia lebih mereka utamakan daripada akhirat.
Hadirin rahimakumullah
Selanjutnya ketahuilah bahwa Rasulullah n di dalam hadits-haditsnya
telah menjelaskan kepada kita tentang aturan-aturan yang berkaitan dengan
shalat berjamaah. Di antaranya adalah kewajiban meluruskan dan merapatkan
shaf. Banyak hadits-hadits yang menunjukkan kewajiban ini. Di antaranya
Rasulullah n bersabda:
”Sungguh luruskanlah shaf-shaf kalian, atau kalau tidak demikian
sungguh Allah akan menjadikan wajah-wajah kalian saling berpaling.” (HR.
Al-Bukhari dan Muslim)
Maka sudah semestinya bagi imam dengan dibantu oleh para makmum untuk
memerhatikan kewajiban ini.
Hadirin rahimakumullah
Di antara aturan yang juga harus diperhatikan dalam shalat berjamaah
adalah tidak diperbolehkannya bagi seseorang untuk berdiri sendiri di belakang
shaf ketika sedang menjalankan shalat berjamaah. Hal ini sebagaimana tersebut
di dalam hadits Nabi n:
”Bahwasanya Nabi n melihat seorang laki-laki shalat sendirian di
belakang shaf, maka beliau n memerintahkannya untuk mengulanginya.” (HR. Abu
Dawud dan yang lainnya, dan dishahihkan oleh Asy-SyaikhAl-Albani v)
Dan di antara kewajiban yang juga harus diperhatikan berkaitan dengan
shalat berjamaah adalah kewajiban bagi makmum untuk mengikuti gerakan imam.
Sehingga tidak boleh baginya untuk mendahului imam ketika ruku’, sujud, dan
gerakan lainnya. Begitu pula tidak mendahuluinya ketika mengucapkan takbir
dan tidak terburu-buru mengucapkan amin sebelum imam menyempurnakan bacaan
Al-Fatihah.
Nabi n bersabda:
”Tidakkah salah seorang dari kalian takut apabila mengangkat kepalanya
mendahului imam sehingga Allah akan mengubah kepalanya menjadi kepala keledai
atau Allah akan mengubah tubuhnya menjadi tubuh keledai?” (Muttafaqun 'alaih)
Hadirin rahimakumullah
Akhirnya, marilah kita berusaha untuk menjaga kewajiban shalat lima
waktu secara berjamaah di masjid. Karena shalat merupakan penghubung antara
seorang hamba dengan Rabbnya. Sehingga shalat adalah tolok ukur yang
menunjukkan tingkatan keislaman seseorang. Janganlah kita menjadi orang-orang
yang tertipu oleh godaan setan sehingga melupakan kita dari menjalankan dan
menjaga kewajiban-kewajiban-Nya. Allah berfirman:
”Setan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa dari
mengingat Allah, mereka itulah golongan yang mengikuti setan. Ketahuilah
bahwa sesungguhnya golongan setan itulah golongan yang merugi.”
(Al-Mujadilah: 19).
Khutbah Kedua
Saudara-saudaraku kaum muslimin rahimakumullah
Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah l, sebagai bekal yang
akan kita bawa untuk kehidupan yang sesungguhnya nanti di akhirat. Kehidupan
yang Allah l telah janjikan bagi orang-orang yang bertakwa dengan kenikmatan
surga di sana. Dan Allah l sediakan neraka sebagai tempat untuk
mengadzabhamba-hamba-Nya yang bermaksiat kepada-Nya. Allah l berfirman:
”Berbekallah kalian, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.”
(Al-Baqarah: 197)
Hadirin rahimakumullah
Sesungguhnya keutamaan yang besar yang telah Allah l janjikan bagi
orang-orang yang menjalankan kewajiban shalat akan diperoleh apabila shalat tersebut
dilakukan dengan mencontoh tata cara shalat Nabi n. Yaitu dengan memerhatikan
syarat-syarat, rukun-rukun dan kewajiban yang berkaitan dengan shalat serta
sunnah-sunnahnya. Begitu pula dilakukan dengan penuh khusyuk yang di antara
tandanya adalah tenangnya anggota badan, hadirnya hati, dan memerhatikan
serta merasa nikmat ketika membaca ayat-ayat dan berdoa kepada Allah l.
Bahkan khusyuk adalah ruh shalat. Sehingga Allah l mengaitkan keberuntungan
bagi orang-orang yang shalat apabila dilakukan dengan khusyuk, sehingga orang
yang melakukan shalat tanpa khusyuk tidak termasuk orang-orang yang
dijanjikan akan mendapatkan keberuntungan. Allah l berfirman:
”Sungguh beruntung orang-orang yang beriman. Yaitu orang-orang yang
khusyuk di dalam shalatnya.” (Al-Mu`minun: 1-2)
Hadirin rahimakumullah,
Sungguh berbahagialah orang-orang yang mencintai shalat. Yaitu
orang-orang yang merasakan shalat itu sebagai penyejuk matanya. Dan
menjadikannya seakan-akan kenikmatan surga bagi hatinya. Sehingga ketika
menjalankannya, dia merasa berat untuk keluar darinya. Karena ketika
menjalankannya, dia menjadikan shalat sebagai saat beristirahat dari capainya
urusan dunia. Dia merasa telah keluar dari kesempitan kehidupan dunia yang
seakan-akan merupakan penjara bagi dirinya.
Dan sebaliknya, sungguh celakalah orang-orang yang tidak mencintai
dengan sebenar-benarnya kewajiban yang besar ini. Yaitu orang-orang yang
merasa sangat berat untuk menjalankannya. Sehingga dia pun selalu
menjalankannya di akhir waktunya, bahkan mungkin di luar waktu. Ketika
menjalankannya pun tidak memerhatikan rukun-rukunnya dan ingin segera selesai
serta keluar darinya. Itupun ketika dia mengerjakannya dengan tidak
menghadirkan hatinya. Bahkan yang hadir saat itu adalah hal-hal yang
berkaitan dengan dunianya.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar